Urgensi Pendidikan Anak
Kita meyakini bahwa anak adalah anugrah ilahi sekaligus fitnah bagi orang tua. Agar anak menjadi anugerah ilahi yang hakiki, maka membutuhkan pendidikan islam yang sesuai dengan al quran dan sunnah. Pendidian anak sesuai al qur’an dan sunnah sangatlah urgen bagi anak itu sendiri, orang tua, dan generasi islam yang akan datang. Di antara hal yang menunjukkannya adalah sebagai berikut :
Baik buruknya anak tergantung pendidikan orang tua
Rasulullah bersabda, “Tidak ada anak yang dilahirkan melainkan dilahirkan dalam fitrahnya, kedua orangtuanya lah yang menjadikan anaknya beragama yahudi, nasrani, atau majusi” (muttafaqun alaihi).
Fitrah yang dimaksud adalah islam, yaitu anak dilahirkan dalam keadaan islam mengesakan Allah. Namun, orang tualah yang mengajarkan yahudi, nasrani, atau majusi. Sehingga anak keluar dari fitrahnya menuju apa yang diajarkan orang tuanya.
Dalam hadits lain dijelaskan bahwa manusia diciptakan di atas fitrah dan lurus. Namun syetan yang memalingkan manusia dari fitrahnya, hal ini mengisyaratkan kepada orang tua untuk memberikan pendidikan anak yang benar sehingga terlindung dari bisikan syetan yang akan menyesatkannya.
Allah menegaskan, “ (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah” (ar ruum : 30). Ayat ini memerintahkan kita untuk tidak merubah fitrah Allah, yaitu dengan berusaha semaksimal mungkin memberikan pendidikan kepada anak dengan benar agar tidak keluar dari fitrahnya yang lurus.
Manakala orang tua melalaikan pendidikan anak, besar kemungkinan anak tumbuh jauh dari tuntunan ajaran islam. Akidah, ibadah, dan akhlak anakpun berantakan. Manakala orang tua memperhatikan pendidikan anak dengan baik, insya allah anak tumbuh dengan memiliki akidah, ibadah, dan akhlak yang baik.
Sering kita baca dalam biografi para ulama “Ia tumbuh dalam rumah yang penuh ilmu dan ketakwaan, orang tuanya termasuk ulama”, dan ungkapan-ungkapan lain yang senada. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan yang diciptakan orang tua sangat berpengaruh terhadap masa depan anaknya. Namun perlu diketahui, manusia hanyalah berkewajiban berusaha, adapun hasil tentunya di tangan Allah. Seseorang yang telah berupaya mendidik anak namun belum mendapatkan hasil yang sempurna maka janganlah berkecil hati. Allah menegaskan, “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (al qoshohsh : 56)
Imam Ibnul Qoyyim menegaskan, “Betapa banyak orang yang menjadikan anak sang buah hati sengsara di dunia maupun akhirat, yaitu dengan melalaikan anak, melupakan pendidikan anak, bahkan membantu anak untuk mengikuti hawa nafsunya. Bahkan terkadang orang tua mengira telah memuliakan anak, padahal ia justru menghinakan anaknya. Terkadang orang tua mengira telah menyayangi anak, padahal ia telah mendzaliminya. Oleh karena itu, orang tua tidak bisa mengambil pahala dan keutamaan mendidik anak, mereka tidak mendapatkan bagian dari keutamaan anak sholih di dunia maupun akhirat. Jika kalian perhatikan rusaknya anak, niscaya kamu dapatkan penyebab utama mayoritasnya karena ayah” (tuhfatul maudud 146-147)
Pendidikan anak adalah amanah bagi orangtua
Anak adalah amanah di pundak orang tua. Kedua orang tua bertanggung jawab atas amanah tersebut. Kecerobohan dalam mendidik anak adalah kesalahan fatal, karena rumah adalah sekolah pertama bagi anak-anak kita. Rumah adalah bagian terpenting dari sebuah masyarakat. Rumah tangga yang dibangun di atas batasan-batasan Allah dan syariatNya atau rumah tangga yang dibangun di atas pondasi cinta, kasih sayang, kerjasama, dan ketakwaan akan melahirkan para generasi islam yang akan memimpin umat ini nantinya.
Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (at tahriim : 6)
Imam Al Baihaqi menjelaskan ayat ini, “Cabang keimanan yang keenam puluh adalah menunaikan hak-hak anak dan keluarga, yaitu hak untuk mendapatkan penjagaan dan pengajaran agama yang mereka butuhkan” (Mukhtashor Syu’abul Iman oleh Abu Ma’ali Al Qozwaini)
Rasulullah bersabda, “Setiap dari kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang ia pimpin, seorang imam bertanggung jawab atas rakyatnya, dan seorang lelaki bertanggung jawab atas keluarganya dan semua yang ia pimpin” (bukhori 853 dan muslim 1829)
Karena pendidikan anak adalah amanah orang tua maka ada ancaman bagi yang melalaikan amanah tersebut. Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang hamba yang Allah berikan amanah untuk memimpin apa yang ia pimpin, lalu ia meninggal dalam kondisi berbuat curang terhadap apa yang ia pimpin melainkan Allah akan haramkan surga baginya” (Bukhori 112 dan muslim 142)
Dalam hadits lain ditegaskan, “Seseorang dikatakan berdosa manakala menyia-nyiakan orang-orang yang dibawah tanggungannya” (Abu Dawud 1692)
Pendidikan anak adalah ladang pahala bagi orang tua
Bukan hal berlebih jika pendidikan anak adalah ladang pahala bagi orang tua. Di antaranya dijelaskan dalam sebuah hadits, “Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak solih yang mendoakan kebaikan untuk orang tuanya” (H.R. Muslim no : 1631)
Bagi yang memperhatikan hadits ini, niscaya ia dapatkan bahwa tiga perkara yang akan bermanfaat bagi seseorang setelah meninggal bisa diperoleh dari memberikan pendidikan layak kepada anak. Mungkin tidak kita temukan ketiga-tiganya terkumpul dalam satu amalan lain. Hal ini dikarenakan :
- Anak yang kita ajari islam dan yang belajar bahwa berbakti adalah bentuk ketaatan kepada Allah sehingga ia tumbuh menjadi anak yang berbakti niscaya ia akan mendoakan kedua orang tuanya
- Salat, puasa, akhlak mulia, dan amal-amal solih lainnya yang kita ajarkan kepada anak-anak kita adalah ilmu yang bermanfaat.
- Salat yang kita ajarkan kepada anak, kemudian ia amalkan maka kita mendapatkan pahala dari salat anak kita sebagaimana anak kita mendapatkan pahala. Lalu bagimana jika anak kita menikah kemudian mengajarkan salat kepada anak-anaknya sebagaimana kita dulu mengajari mereka salat? Berapa banyak pahala yang akan mengalir? Dan ini tentunya belum termasuk amalan-amalan solih lainnya yang kita ajarkan kepada anak-anak kita.
Belum lagi kedudukan tinggi di sisi rasulullah di hari kiamat kelak bagi orang tua yang mendidik anak perempuan. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa mendidik dua anak perempuan sampai dewasa, maka kelak pada hari kiamat ia dan aku seperti ini –beliau merapatkan jari-jarinya-“ (Muslim 2631)
Demikian ulasan ringkas tentang urgensi pendidikan anak, insya allah pada edisi berikutnya akan kita bahas hakikat pendidikan anak. Wallohu a’lam.
Agus Susehno, Lc