Metode Pendidikan Anak Usia Dini Sebelum Tamyiz (Bagian Kedua/Parenting 008)
Metode Pendidikan Anak
Kita akan melanjutkan pembahasan metode pendidikan anak usia dini sebelum tamyiiz karena mendidik anak usia dini sebelum tamyiz tidak bisa disamakan dengan mendidik anak usia dini setelah tamyiiz, apalagi anak yang telah dewasa. Mendidik anak usia dini sebelum tamyiiz membutuhkan metode khusus dan sarana yang mendukung metode tersebut. Sebelumnya telah disebutkan 4 metode Pendidikan, dan berikut ini tiga metode berikutnya :
Kelima : Metode pembiasaan
Metode pembiasaan adalah kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan untuk melatih anak agar memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu, yang umumnya berhubungan dengan pengembangan kepribadian anak seperti emosi, disiplin, budi pekerti, kemandirian, penyesuaian diri, hidup bermasyarakat, dan lain sebagainya.
Di antara urgensi metode ini adalah sesuatu yang sudah terbiasa akan menjadi tabiat dan karakter seseorang, sehingga ia tidak akan menemukan kesulitan menerapkan akhlak tersebut meskipun kondisi sangat sulit.
Oleh karena itu, seorang pendidik atau orang tua harus komitmen dan gigih dalam membiasakan anak melakukan hal hal positif agar nantinya menjadi karakter anak tersebut. Disamping membiasakan sikap atau perilaku positif, orang tua juga harus bisa terus memantau proses pembiasaan tersebut agar jangan sampai terbiasa melakukan hal hal negatif atau akhlak buruk lainnya.
Cara ini juga telah dicontohkan oleh para salaf, di antaranya :
Rasulullah saw bersabda, “Kebaikan didapat dengan pembiasaan, dan keburukan adalah pembiasaan” (H.R. Ibnu Hibban 2/8)
Abdullah bin Masud berkata, “Biasakanlah anak anak kalian dalam menunaikan salat, ajarkanlah kepada mereka kebaikan, sesungguhnya kebaikan itu didapat dengan pembiasaan” (H.R. Al Baihaqi 3/84)
Keenam : Metode keteladanan
Metode keteladanan atau peragaan adalah kegiatan dimana tenaga pendidik, baik ortu atau guru memberikan contoh terlebih dahulu, kemudian ditirukan anak-anak.
Metode ini sangat penting, karena pengaruh keteladanan dari seorang pendidik lebih besar daripada sekedar ngomong, ceramah ataupun nasehat dan arahan lisan. Dengan memberikan keteladanan maka akan menunjukkan kejujuran pendidik dalam mendidik.
Oleh karena itu, kita dapatkan seorang pendidik yang mencontohkan langsung apa yang ia ajarkan berupa nilai nilai kebaikan akan lebih bermanfaat daripada sekedar nasehat dan ajakan akan nilai nilai kebaikan tersebut tanpa dicontohkan oleh pendidik.
Pentingnya keteladanan juga telah dijelaskan oleh Imam Syafi’i saat beliau berkata kepada Abdus Shomad pendidik anak-anak Harun Ar Rosyid, “Hendaklah yang kamu lakukan pertama kali sebelum menididik anak-anak amirul mukminin adalah engkau mendidik dirimu sendiri, hal ini karena mata anak didikmu akan senantiasa memperhatikan gerak gerikmu, sesuatau yang baik menurut anak anak adalah yang kamu lakukan di hadapan anak anakmu, dan sesuatu yang buruk menurut mereka adalah sesuatu yang tidak kamu lakukan” (Sifatush Shofwah 2/255)
Besarnya pengaruh keteladanan terhadap anak didik juga berlaku pada perkara-perkara duniawi, sebagai contoh saat pendidik terbiasa berhenti saat rambu lalu lintas menyala merah, maka anak didikpun akan mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh gurunya atau ortunya. Hal ini lebih bermanfaat daripada sekedar menjelaskan dengan lisan akan peraturan saat rambu lalu lintas menyala merah dimana pendidik tidak mempraktekaannya atau justru memberikan contoh buruk dengan melanggar rambu lalu lintas.
Perlu diperhatikan, memberi keteladanan pada anak usia dini juga bisa dilakukan dengan membiasakan anak berbuat baik, misalnya saat melatih anak agar dermawan dan tidak bakhil. Hendaknya saat ada yang meminta-minta, maka pendidik atau ortu memberikan uang kepada anaknya agar menyerahkannya kepada si peminta tadi. Hal ini untuk melatih anak bersikap dermawan dan berani dalam melakukan kebaikan.
Imam Ibnul Qoyyim berkata, “Membiasakan anak untuk memberi adalah hal baik, yaitu saat orang tua atau wali ingin memberi orang lain, maka iapun memberikan pemberian tersebut kepada anaknya agar si anak merasakan langsung nikmatnya memberi” (Tuhfatul Maudud fi ahkamil maulud 241)
Ketujuh : Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari pendidik kepada anak didik atau orangtua kepada anaknya, dimana jawabanya pertanyaan tersebut mengajarkan perkara akidah, nilai-nilai kebaikan, maupun mengasah otak.
Di antara cara dalam memberi pertanyaan agar benar-benar maksimal dan membuahkan hasil adalah :
- Menyesuaikan tingkat pertanyaan dengan kemampuan anak. Pertanyaan yang di atas kemampuan anak hanya akan menanamkan perasaan gagal dan ketidakmampuan atau bisa saja anak tidak perhatian dan justru sibuk dengan hal lain yang ia sukai. Adapun pertanyaan yang sesuai dengan kemampuan anak akan menumbuhkan pada anak rasa percara diri dan memotivasi anak untuk terus mengembangkan kemampuannya.
- Hendaknya seorang pendidik mampu bertanya setelah suatu kejadian tertentu, di mana jawabannya dari pertanyaan pendidik ada pada kejadian tersebut. Hal ini sebagaimana dicontohkan oleh rasulullah saat didatangkan kepada beliau jantung pohon kurma, maka beliau bertanya tentang perumpamaan sebuah pohon yang seperti seorang muslim. Abdullah bin Umar berkata, “Saat kami di sisi Rasulullah, datanglah seseorang dengan jantung pohon kurma, lalu beliau bertanya kepada kami, “Ada satu pohon, di mana perumpamaan pohon tersebut seperti seorang muslim” (H.R. Bukhori no : 5028)
- Untuk mengajarkan anak dengan metode tanya jawab tidak harus dengan waktu khusus, akan tetapi seorang pendidik bisa memanfaatkan momen momen penting dan saat-saat senggang. Misalnya saat menunggu mobil, menunggu pesanan makanan, atau kesempatan-kesempatan lain yang bermanfaat. Tidak seyogyanya seorang pendidik menyia-nyiakan waktu yang berharga tersebut untuk mendidik anak dengan metode tanya jawab.
- Hendaknya seorang pendidik memanfaat kemajuan teknologi yang ada untuk menggunakan metode ini, khususnya aplikasi-aplikasi pendidikan di mana anak bisa mendengarkan bacaan al quran, mendengarkannya, merekam suaranya, lalu mendengarkan hasil rekaman agar bisa membedakan antara bacaan di di aplikasi dengan bacaan dirinya sendiri.
Demikian beberapa metode mendidik anak yang bisa diterapkan pada anak usia dini sebelum tamyiiz. Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk mampu merapkan yang terbaik pada anak-anak kita. (Ditulis oleh Agus Susehno, Lc)