Reward Bagi Anak Kecil Sebelum Tamyiiz (Parenting 009)
reward-ana usia- belum tamyiiz
Anak akan sesuai harapan kita dengan izin Allah, saat kita bisa mengarahkan kepada perkara yang baik pada waktu yang tepat. Untuk mengarahkan anak melakukan kewajiban atau sesuatu yang baik terkadang membutuhkan dorongan atau apresiasi. Karenanya, jangan sampai terlewatkan satu momen yang bisa kita gunakan untuk mendidik anak kita. Terkadang anak membutuhkan apresiasi dalam merespon sikap anak.
Apresiasi dalam merespon sikap anak itu sangat beragam, di antaranya adalah dengan memberi reward atau hadiah. Reward secara bahasa diambil dari bahasa inggris yang berarti hadiah atau penghargaan. Hadiah atau penghargaan adalah bentuk apresiasi sikap atau perilaku anak dalam bentuk sesuatu yang dia ‘suka’. Atau juga bisa dikatakan bahwa reward merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulang kembalinya tingkah laku tersebut.
Apakah reward dibutuhkan ?
Anak usia dini sebelum tamyiiz belum memiliki keinginan kuat untuk melakukan sesuatu yang baik dan juga belum memiliki kekuatan untuk melawan berbagai macam godaan yang lebih menarik baginya meskipun terkadang harus melanggar larangan atau meninggalkan kewajiban. Karenanya, anak usia dini membutuhkan reward atau apresiasi atas perbuatan atau perkataan yang kita ingin agar dilakukan olehnya. Dengan reward atau hadiah tersebut anak akan terdorong dan termotivasi untuk melakukan suatu perbuatan atau perkataan. Dengan reward anak juga akan merasa berharga sehingga mendorong dia untuk terus menjadi yang lebih baik lagi.
Ringkasnya, reward bertujuan untuk memberi stimulus (rangsangan) atau penguat (reinforcement). Memberi stimulus artinya mendorong anak melakukan kebaikan, adapun penguat berarti mendorong anak untuk mengulang atau meningkatkan perilaku baik yang sudah ia kerjakan.
Khawatir anak menjadi manja atau terus mengharapkan balasan atas perbuatan ?
Inti dari memberi reward adalah memperkuat perilaku baik dan menjadikannya menetap seolah tabiat dan watak anak tersebut. Oleh karena itu, pemberian reward harus dilakukan dengan cara tepat. Jika perilaku baik bisa diajarkan dengan pembiasaan dan pembelajaran maka tidak perlu pemberian reward. Jika reward diberikan serampangan bisa menjadikan anak kita manja atau bahkan kurang inisiatif. Dia tidak melakukan sesuatu kecuali diperintah atau dipaksa. Karena pemberian reward berlebih seolah-olah memaksa anak untuk melakukan sesuatu perbuatan atau perkataan.
Bagaimana cara tepat memberi reward?
Reward atau hadiah tidak selalu harus berupa barang, tetapi bisa berupa pujian, tatapan mata hangat, pelukan, anggukan kepala, ciuman, melakukan tos dengan anak, belaian, atau memberikan jempol pada anak, dan hadiah-hadiah yang bukan materi lainnya.
Jika memang ingin memberikan suatu hadiah barang pada anak, seperti permen, kado, dan makanan, maka pilihlah momen-momen yang pas yang sangat berarti, misalnya sudah tidak ngompol, bisa memakai baju sendiri, bisa hafal suatu surat.
Barang yang dipilih juga sebaiknya memang barang yang sangat diperlukan anak dan memang kewajiban orangtua untuk membelikannya. Jadi pemberian reward tidak akan menjadi beban ekonomi bagi orangtua, sebaliknya bagi anak akan memberikan kesan yang mendalam atas prestasi atau perbuatan baiknya. Selain berbentuk barang dan perilaku, reward juga bisa berbentuk penghargaan nilai seperti nilai A atau mendaptkan bintang dan lain sebagainya.
Perlu digaris bawahi, bahwa reward pada anak usia dini sebelum tamyiiz lebih diutamakan yang berupa barang pada kondisi-kondisi tertentu, meskipun tidak menafikan pentingnya reward maknawi dalam kondisi-kondisi yang lain.
Dalam memberi reward tidak boleh berlebihan, dikhawatirkan reward yang berlebihan dijadikan syarat berbuat baik bagi anak. Ia tidak akan berbuat baik kecuali ada hadiah yang akan diberikan kepadanya.
Yang harus diingat adalah memberi reward sesuai dengan kadar perbuatan anak, jadi harus proporsional. Tidak melakukan generalisasi atas sebuah hal baik akan diberi satu jenis reward, tetapi harus pandai membedakan dengan segala macam variasi konsekuensi, baik berdasarkan besar kecilnya perbuatan baik atau intensitasnya, baru pertama kali kah atau sudah berulang-ulang.
Saat orang tua atau pendidik menjanjikan reward, maka tidak boleh mengingkari. Karena orang tua yang tidak menepati janji akan menanamkan sifat buruk pada anak di masa dewasanya nanti. Anak akan mengikuti orang tuanya yang sering atau suka mengingkari janji.
Agar orang tua atau pendidik tidak mengingkari janji, hendaknya tidak menjanjikan sesuatu yang tidak mungkin terjadi, atau sesuatu yang sulit terwujud, atau berjanji dengan sesuatu yang besar yang tidak selaras dengan usia anak, semisal berjanji untuk safat dengan pesawat terbang misalnya atau berjanji akan memberi uang dalam jumlah yang banyak.
Dalam memberi reward seorang pendidik atau orang tua tidak boleh berdusta. Jika berdusta, maka ditulislah baginya satu keburukan dan anak didik akan selalu mengingat bahwa orang tuanya atau gurunya pendusta sehingga anak tidak lagi percara kepada orang tuanya atau pendidiknya.
Yang lebih parah lagi, saat orang tua berjanji dan sudah berniat untuk tidak menepati janjinya, ia mengucap kalimat “insya Allah”. Suatu saat anak anak kita akan berkata kepada kita saat menjanjikan sesuatu padanya, “Betul lho bi, gag usah pakai insya Allah.
Di antara dalil yang menunjukkan saat menjanjikan reward tidak boleh dusta adalah sebuah hadits, di mana Abdullah bin Amir berkata, “Ibuku memanggilku, saat itu Rasulullah duduk di rumah kami”. Ibuku berkata, “Kesinilah, aku beri hadiah kamu !”.
Rasulullah berkata kepada ibuku, “Apa yang akan kamu berikan kepadanya?”. Ibuku menjawab, “Aku akan beri kurma”. Rasulullah bersabda, “Jikalau kamu menjanjikan akan memberi dia kemudian tidak kamu beri, niscaya ditulis bagimu satu kedustaan”. (HR. Abu Dawud 4339)
Demikian, semoga kita bisa mengantar anak-anak kita menyambut masa depan mereka dengan seindah senyuman mereka. (Ditulis oleh Agus Susehno, Lc)