Hakikat Pendidikan Anak (Parenting 003)
Seringkali kita mendapatkan bahwa orangtua tidak mau disalahkan saat anak tumbuh menjadi anak buruk akhlak dan tidak beragama. Mereka beralasan telah banyak mengeluarkan biaya untuk pendidikan anaknya. Sebagian yang lain merasa sudah mendidik anak dengan benar, padahal terkadang perbuatan dia justru yang menyebabkan anak tumbuh dengan berbagai penyimpangan.
Lalu apakah hakikat pendidikan? Apakah sebatas menyekolahkan anak sudah dianggap mendidik anak? Apakah sebatas menyekolahkan anak di pesantren sudah mendidik anak? Apakah dengan memenuhi semua keinginan anak sudah mendidik anak? Apakah memenuhi kebutuhan fisik anak adalah pendidikan?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, kita harus mengenal pengertian pendidikan anak dan hakikat pendidikan anak.
Pengertian pendidikan anak
Pendidikan anak adalah menumbuh kembangkan anak dan menyiapkannya untuk menjadi orang yang sempurna dalam sisi keyakinan, ibadah, akhlak, mentalitas, dan kesehatan serta mengkondisikan emosional anak, semuanya dalam bingkai syariat islam dan dengan cara atau metode yang diterima oleh syariat. (nahwa tarbiyah islamiyah, hal: 13)
Dari pengertian pendidikan di atas, menunjukkan bahwa pendidikan harus mencakup usaha, tujuan yang jelas, tujuan pendidikan yang umum tidak terbatas pada satu sisi, dan yang lebih penting semua usaha dan tujuan tadi harus sesuai denga syariat islam.
Hakikat pendidikan
Pendidikan itu bukan sekedar mentransfer ilmu. Mendidik anak bukan sekedar menjadikan anak pandai dan cerdas dari sisi pengetahuan saja. Namun, bagaimana caranya agar ilmu yang telah ia peroleh bisa diamalkan dan merubah karakter seseorang menjadi karakter yang sesuai syariat islam. Hal ini bukan berarti meremehkan ilmu, karena pendidikan tidak mungkin terwujud jika tidak berdasarkan ilmu.
Pendidikan itu luas tidak terbatas pada pengetahuan saja. Hal ini karena manusia bukan hanya jasad, namun manusia itu memiliki ruh, akal, dan hati. Semuanya harus mendapatkan porsi yang cukup.
Pendidikan yang benar juga harus mencakup beberapa sisi, yaitu jasad, hati, dan ruh. Oleh karena itu, pendidikan yang benar adalah manakala mencakup hal hal berikut :
- Pendidikan bagi jasad.
Pendidikan bagi jasad seseorang bisa diwujudkan dengan memenuhi kebutuhan gizi, pakaian, dan tempat tinggal. Semuanya harus dipenuhi dari rizqi yang halal. Selain itu dengan memperhatikan kesehatan anak, kebersihan, dan kegiatan bagi mereka. Yang berperan besar dalam memenuhi pendidikan jasad adalah orang tua. Imam Asy Syairozi menegaskan pentingnya makanan dan gizi halal bagi perkembangan anak, “Pendidikan dengan memberi susu hewan ternak kepada anak bisa merubah tabiat anak” (Al Muhaddzab 3/189)
Pendidikan bagi jasad memiliki peranan penting untuk membentuk gererasi muslim yang sejati. Karena kekuatan badan atau jasad sangatlah besar. Contohnya, dengan kekuatan jasad seseorang bisa mewujudkan firman Allah :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (Adz Dzariyaat : 56)
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat, “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”. Tuhan berfirman, “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Al Baqoroh : 30)
2. pendidikan bagi hati / qolbu.
Pendidikan bagi bagi qolbu bisa diwujudkan dengan memenuhi kebutuhan kebutuhan qolbu berupa iman dan keyakinan-keyakinan yang benar.
3. pendidikan bagi ruh, yaitu dengan menyucikan jiwa, mengajarkan akhlak mulia, membiasakan beribadah.
Hati dan ruh akan menuntun seseorang terus berhubungan dan mendekatkan diri kepada allah, menuntun seseorang untuk ikhlas kepada Allah dan tidak menyekutukanNya. Sehingga ia bisa mewujudkan firman Allah:
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ . لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (Al An’am : 162-163)
4. pendidikan bagi akal, yaitu dengan memberikan pola pikir dan cara berfikir yang positif. Selain itu bisa juga dengan ikut aktif di berbagai kegiatan-kegiatan. Pendidikan akal sangatlah urgen. Karena dengan akal yang sehat seseorang mampu merenungi dan mentadabburi tanda tanda kekuasaan Allah.
Allah berfirman :
وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الأرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (٣)
Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan[765], Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (ar ra’du : 3)
Manakala pendidikan mencakup pendidikan bagi jasad, hati /ruh, dan akal, berarti pendidikan tersebut adalah pendidikan yang sempurna. Karena jasad, hati/ruh, dan akal saling kerketerkaitan dan saling mendukung.
Sebagai contoh bentuk keterkaitan antara jasad, hati, dan akal adalah saat seseorang salat. Ia membutuhkan badan yang sehat untuk mampu berdiri, ruku’, dan sujud. Ia membutuhkan akal untuk merenungi makna bacaan-bacaan salat. Dan ia membutuhkan ruh untuk khusyu’ dan takut kepada Allah. (Agus Susehno, Lc)