Karakter Anak Usia Dini Sebelum Tamyiiz (Parenting 005)
Mengenal Karakter Anak
Karakter anak usia dini sebelum tamyiiz
Anak usia dini sebelum tamyiiz adalah usia anak sebelum masuk sekolah tingkat dasar. Biasanya anak usia ini dimulai sejak lahir hingga lima atau enam tahun.
Anak usia dini sebelum tamyiiz adalah tahapan yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak di tahapan-tahapan berikutnya. Karena anak usia dini sebelum tamyiiz adalah pondasi untuk tahapan berikutnya, dimana keperibadian anak mulai terbentuk dan tergambar di usia ini.
Untuk memberikan metode pendidikan yang sesuai dengan anak usia dini sebelum tamyiiz maka kita harus mengenal karakter khusus untuk anak usia seperti ini. Di antara karakter anak usia dini sebelum tamyiz adalah :
Pertama : Pengaruh terbesar di tangan orang tua
Pendidikan anak usia dini sebelum tamyiiz banyak dipengaruhi oleh orang tua, karena memang orang tualah yang mendidik mereka, yang menumbuhkan cara berfikir anak, dan pengaruh dari luar masih sangat minim. Oleh karena itu, seyogyanya orang tua memaksimalkan peranannya dalam membentuk karakter dan kepribadian anak sesuai yang mereka inginkan. Dan janganlah ia menyerahkan pendidikan anak usia ini kepada saudara, nenek kakek, atau bahkan mungkin kepada pembantu.
Kedua : Sangat bergantung kepada kedua orang tua
Anak usia dini sebelum tamyiiz sangat bergantung kepada orang tua. Karana anak memandang orang tua adalah sumber keamanan, simbol kekuatan, dan tolak ukur kebenaran. Seorang anak kecil akan segera mencari perlindungan kepada orang tuanya saat menemui hal yang membahayakan, sebagaimana ia juga memandang orang tua adalah yang mampu melakukan segala hal. Apa yang dilakukan dan diputuskan orang tua dijadikan tolak ukur kebenaran oleh anak kecil.
Oleh karena itu, seyogyanya orang tua memaksimalkan hal ini dengan menanamkan perilaku dan karakter yang sesuai islam. Ia juga berusaha untuk tidak melakukan perbuatan haram di hadapan anak anak. Orang tua harus bisa menunjukkan keteguhan dan ketabahan ia saat menghadapi musibah atau masalah karena hal ini akan sangat berpengaruh kepada mental anak nantinya.
Ketiga: Suka meniru dan mengikuti
Anak kecil suka meniru kedua orang tuanya. Seorang anak lelaki biasanya akan mengikuti bapak. Seorang anak perempuan biasanya mengikuti ibunya.
Memperhatikan dan mengoptimalkan sifat khusus anak kecil ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Oleh karena itu, jika anak meniru orang tuanya mengerjakan pekerjaan atau perbuatan yang tidak berbahaya seyogyanya tidak dilarang meskipun anak kita belum bisa melakukannya dengan baik.
Semisal tidak melarang saat anak mengikuti gerakan ibunya yang sedang salat, meskipun terkadang anak masih mencampur adukkan antara gerakan salat dan gerakan yang lain. Hal ini bisa membiasakan anak untuk mengerjakan salat yang merupakan kewajiban seorang muslim.
Bagi orang tua yang memiliki kebiasaan buruk yang belum bisa ditinggalkan, hendaknya ia segera taubat atau minimalnya tidak menampakkan perbuatan buruk tersebut di hadapan anak.
Demikian pula jika ada perbuatan bahaya meskipun tidak sampai haram maka janganlah melakukan perbuatan tersebut di hadapan anak, ditakutkan anak akan menirukannya saat orang tua tidak ada.
Adapun perbuatan perbuatan baik seyogyanya terus ditunjukkan kepada anak, semisal berbakti kepada orang tua, menghormat yang lebih dewasa, membersihkan tempat yang kotor, membersihkan dan merapihkan barang barang pada tempatnya, cuci tangan sebelum makan, membaca basmalah dan alhamdulillah saat akan makan dan setelah makan.
Karakter anak yang suka meniru juga memiliki pengaruh negatif pada perkembangan anak, terlebih khusus saat anak anak dibiarkan menonton acara televisi, di mana anak akan meniru apa yang ia lihat. Bertolak dari hal ini, sangat bahaya membiarkan anak melihat acara acara televisi yang mengajarkan perkara-perkara tidak masuk akal, seperti film film kepahlawanan di mana pemerannya bisa terbang di udara atau yang semisalnya.
Keempat : Lebih mengedepankan hal yang kasat mata
Anak di usia ini hanya memahami perkara-perkara yang ia lihat dan rasakan, ia tidak memahami perkara perakara yang penuh dengan teori atau sekedar perkataan. Biasanya anak di usia ini jika orang tua berkata kepada anaknya, “Aku menyayangimu” ia tidak memahami apa itu sayang, namun saat orang tua merangkul atau menciumnya, atau memberi hadiah yang ia inginkan baru sang anak merasakan dan memahami sayangnya orang tua atau pendidik kepadanya.
Bahkan mungkin seorang anak ketika melihat api ia akan tertarik dengan warna dan kilauannya, meskipun kita ingatkan itu panas dan bahaya biasaya tidak menggubris sampai ia merasakan panasnya api tersebut.
Oleh karena itu, seyogyanya orang tua atau pendidik tidak banyak menceramahi anak-anak usia ini, namun mendidik dengan banyak memberi teladan dan membiasakan perbuatan-perbuatan yang baik.
Kelima : Rasa keingintahuan besar
Di tahapan ini, karena keterbatasan anak dalam memahami antara yang dipikirkan dengan yang diungkapkan, apalagi pengalaman yang sangat minim, maka biasanya ia suka bertanya dan banyak bertanya hal-hal di sekitar dia yang belum dipahami. Banyak bertaanya di sini adalah ciri sehat dan normal tumbuh kembangnya anak.
Oleh karena itu, seorang pendidik atau orang tua hendaknya mengoptimalkan kelebihan ini untuk membekali anak dengan pengetahuan yang positif dan benar menurut syariat. Jangan sampai orang tua atau pendidik menghardik anak yang banyak bertanya, bahkan ia harus menjawab pertanyaan anak dengan jawaban ringkas dan mudah dipahami.
Di antara cara lain untuk mengoptimalkan rasa keingintahuan anak yang besar adalah memberikan permainan yang mengasah otak seperti permainan yang bisa dibongkar dan dipasang.
Keenam : Memiliki hafalan kuat
Anak di usia ini sangat mudah diberi pengetahuan dengan talqin, ia sangat cepat dan mudah menghafal apa yang disampaikan kepadanya, apa yang dihafal anak di tahapan ini akan melekat di benaknya hampir-hampir tidak lupa seiring waktu berjalan. Terlebih khusus jika terus diulang ulang dan dievaluasi.
Oleh karena itu, seorang pendidik hendaknya mentalqin anaknya untuk mengahafal ayat ayat pendek dan dosa doa harian yang pendek.
Inilah di antara karakter anak usian dini sebelum tamyiiz yang harus bisa kita optimalkan untuk pendidikan mereka. (Ditulis oleh Agus Susehno, Lc)