Anak Anugerah Allah (Parenting 001)
Rumah tangga tanpa buah hati hambar rasanya. Karenanya, banyak sekali pasangan suami istri yang rela mengeluarkan jutaan rupiah untuk pengobatan atau terapi agar punya anak. Bahkan tidak jarang kosongnya rumah tangga dari buah hati menyebabkan keretakkan rumah tangga.
Berbahagialah keluarga yang telah memiliki buah hati, berarti Allah telah memberikan anugerah kepadanya. Apalagi tatkala anak tumbuh menjadi anak solih, semakin sempurna anugerah yang Allah berikan kepadanya.
Allah berfirman :
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ. أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha Kuasa. (Q.S. Asy Syuuro : 49-50)
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa manusia ada empat macam, yaitu mereka yang dianugerahi anak perempuan saja, yang dianugerahi anak laki-laki saja, yang dianugerahi anak peremuan dan laki-laki, dan yang Allah jadikan mandul sehingga tidak memiliki anak.
Jika kita cermati ayat ini, anak yang Allah berikan kepada kita disebut hibah (anugerah), hal ini menunjukkan bahwa anak adalah nikmat terbesar dan anugerah yang agung. Anak menjadi anugerah manakala orang tua mengerahkan segala upaya dalam mendidik anak-anaknya. Sehingga tumbuh menjadi anak solih. Adapun orang yang Allah takdirkan tidak memiliki anak, bukan berarti tidak bisa membina keluarga yang harmonis, dan juga bukan akhir dari segala sesuatu. Lihatlah Nabi Luth diberi anugerah anak-anak perempuan saja, Nabi Ibrahim diberi anugerah anak laki-laki saja, Nabi Muhammad diberi anak laki-laki dan perempuan, sedangkan Nabi Yahya tidak diberi anak sama sekali.
Keutamaan anak solih
Memiliki anak solih merupakah kebahagiaan tersendiri, bahkan itulah nikmat yang agung karena akan menjadi amalan yang terus mengalir pahalanya. Rasululah bersabda :
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak solih yang mendoakan kebaikan untuk orang tuanya” (H.R. Muslim no : 1631)
Makna terputus adalah tidak memiliki kesempatan untuk beramal kembali dan berhenti bertambahnya pahala, kecuali pada tiga perkara yang disebutkan dalam hadits. Orang tua akan terus mendapatkan tambahan pahala dengan anak solih yang mendoakan untuknya.
Hal ini juga dijelaskan oleh Rasulullah dalam hadits yang lain, beliau menjelaskan :
سَبْعٌ يَجْرِي لِلْعَبْدِ أَجْرُهُنَّ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ، وهُو فِي قَبْرِهِ: مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا، أَوْ كَرَى نَهْرًا، أَوْ حَفَرَ بِئْرًا، أَوْ غَرَسَ نَخْلا، أَوْ بَنَى مَسْجِدًا، أَوْ وَرَّثَ مُصْحَفًا، أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ
“Tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir meskipun ia telah wafat dan berada di alam kubur, yaitu orang yang mengajarkan ilmunya, mengalirkan sungai, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewakafkan mushaf, dan yang meninggalkan anak solih yang memohon ampunan untuknya setelah kepergiannya dari dunia ini” (H.R. Musnad Al Bazzar dari hadits Anas bin Malik dan dihasankan oleh syeikh Al Albani dalam shahih targhib no : 74)
Rasulullah juga menjelaskan bahwa orang tua bisa mendapatkan kedudukan tinggi karena amal solih anaknya. Orang tua mendapatkan pahala amalan anak karena seolah-olah amalan anak adalah amalan orang tua, di mana anak adalah hasil usaha dan didikan orang tua. Rasulullah bersabda :
إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ: أَنَّى هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Sesungguhnya derajat seseorang di surga akan ditinggikan, kemudian ia berkata, “Dari mana derajat tinggi ini?”, lalu dikatakan kepadanya, “Itu dikarenakan doa (permohonan ampun) anakmu” (H.R. Ahmad dan Ibnu Majah dan dishahihkan oleh syeikh Al Albani dalam shahih Al Jami’ Ash Shogir)
Anak adalah fitnah bagi orang tuanya
Tidak dipungkiri bahwa anak adalah perhiasan dunia dan kebanggaan orang tua. Allah menegaskan :
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلا
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, amalan-amalan yang kekal lagi solih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (Q.S. Al Kahfi : 46)
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S. Ali Imron : 14)
Karena anak adalah perhiasan dunia dan juga kecintaaan manusia, maka anak pun bisa berubah menjadi fitnah. Allah menegaskan :
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (Q.S. Ath Thaghobun : 15 )
Di antara bentuk fitnah anak terhadap orang tua adalah apa yang telah Allah tegaskan dalam firmanNya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi. ( Q.S. Al Munafiqun : 9 )
Nabi bersabda :
إِنَّ الْوَلَدَ مَبْخَلَةٌ مَجْبَنَةٌ
“Sesungguhnya anak itu membuat orang tuanya bakhil dan penakut” (H.R. Ibnu Majah 3666 dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ Ash Shogir 1/400)
Anak bagai pisau bermata dua
Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa anak merupakan anugerah sekaligus sumber malapetaka. Semua tergantung orang tua, bagaimana ia mendidik anak-anaknya. Insya Allah dalam edisi-edisi selanjutnya, kita akan kupas bagaimana pendidikan anak dalam islam menurut Al Qur’an dan As Sunnah. Wallohu a’lam.
Agus Susehno, Lc