Setiap orangtua mendambakan anak yang shaleh, cerdas, dan membanggakan, akan tetapi keinginan dan upaya yang dilakukan sering kali belum selaras. Masih sering kita dapatkan sebagian besar orang tua, atau bahkan kita sendiri melakukan banyak kesalahan dalam mendidik anak.
Pentingnya mengenal tahapan pendidikan anak
Seringkali kita mudah meluapkan amarah dan emosi pada anak masih kecil yang belum tamyiiz, seolah-olah kita menganggap mereka seumuran kita, padahal perbuatan tersebut bisa merusak tumbuhnya sel sel otak mereka. Masa yang seharusnya mendapatkan kelembutan dan teladan orang tua harus terpupus oleh orang tua yang bersikap seperti singa.
Seringkali kita memanjakan anak-anak kita yang sudah mulai bisa berfikir, sehingga anak kita tumbuh tidak memiliki kedewasaan, hanya bergantung kepada orang tua, dan tidak bisa bergaul dengan teman-teman sebayanya. Padahal, seharusnya mereka sudah dilatih untuk mandiri dan menggali potensi yang mereka miliki.
Seringkali kita melepas anak yang mulai pubertas mengurus segala urusannya sendiri tanpa kontrol dan pemantauan, padahal mereka sangat membutuhkan kedekatan dengan orang tua yang akan mereka jadikan tempat curhat, akhirnya anakpun lebih dekat dengan teman daripada orang tua, dan anakpun lebih suka meniru teman daripada orang tuanya, bahkan terkadang anak lebih percaya kepada teman daripada orang tua.
Seringkali kita mengandalkan guru maupun tempat les untuk mendidik anak-anak kita menjadi orang yang sukses dan berhasil, padahal kunci keberhasilan anak seringkali berada di rumah dan di tangan orang tua.
Itulah sekelumit kesalahan dalam mendidikan anak. Di antara sebab kesalahan tersebut adalah ketidaktahuan orang tua terhadap tahapan pendidikan anak berdasarkan usia. Sehingga mereka memperlakukan anak pada usia tertentu tidak sesuai dengan karakter usia anak tersebut.
Tahapan pendidikan anak berdasarkan usia
Setelah manusia dilahirkan ke muka bumi ini, kemudian ia tumbuh kembang menjadi kanak kanak, remaja, dewasa, orang tua, kemudian meninggalkan dunia ini menuju akhirat untuk menghadap Allah ternyata melalui beberapa tahapan umur yang semuanya membutuhkan pendidikan dan metode pendidikan yang sesuai dengan kareakter usia tersebut, tentunya sesuai dengan syariat islam.
Tahapan pendidikan anak berdasarkan usia, terbagi menjadi tiga tahapan pendidikan, yaitu :
Pertama : pendidikan anak usia dini sebelum tamyiiz.
Tahapan ini dimulai sejak lahir sampai sebelum umur kurang lebih mencapai tujuh tahun, yaitu tahapan sebelum anak sekolah tingkat dasar pada umumnya.
Di antara dalil yang menunjukkan adanya tahapan ini adalah firman Allah :
أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ
“atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita (An Nuur : 31)
Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata, “Yaitu anak yang masih kecil yang tidak memahami kondisi wanita, aurat wanita, suara wanita yang mendayu, jalannya wanita, dan gerak gerik wanita. Jika seorang anak tidak memahami hal-hal di atas semuanya, maka ia boleh menemui wanita. Adapun anak lelaki yang sudah remaja atau hampir remaja, yaitu yang sudah bisa membedakan perkara-perkara wanita, bisa membedakan mana yang cantik mana yang buruk, maka tidak diperkenankan menemui wanita dan bercampur dengan mereka “ (Tafsir Ibnu Katsir 3/378)
Kedua : pendidikan anak usia dini setelah tamyiz.
Tahapan ini dimulai sejak anak umur kurang lebih tujuh tahun hingga mendekati usia dewasa, atau bisa dikatakan tahapan ini untuk anak usia tujuh hingga sebelum lima belas tahun. Tahapan ini biasanya untuk anak usia sekolah di tingkat dasar atau tingkah menengah pertama.
Dalil yang menunjukkan adanya tahapan ini adalah firman Allah :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِيَسۡتَٔۡذِنكُمُ ٱلَّذِينَ مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُكُمۡ وَٱلَّذِينَ لَمۡ يَبۡلُغُواْ ٱلۡحُلُمَ مِنكُمۡ ثَلَٰثَ مَرَّٰتٖۚ
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali dalam satu hari (an nuur: 58)
Ayat ini menjelaskan bahwa anak belum dewasa namun sudah mengenal lawan jenis, maka harus meminta izin terlebih dahulu ketika hendak menemui orang tuanya atau saudarinya di tiga waktu. Perlakuan yang berbeda antara anak kecil sebelum tamyiz dan setelah tamyiz menunjukkan dua tahapan yang berbeda.
Ketiga : pendidikan anak setelah dewasa
Tahapan ini dimulai saat anak sudah terlihat padanya tanda-tanda kedewasaan, seperti mulai tumbuhnya rambut kemaluan atau mulai haidh bagi wanita. Tahapan ini anak sudah terkena beban syariat dan sudah harus melaksanakan perintah-perintah agama dan meninggalkan larangan-larangan agama. Atau jika diperkirakan biasanya anak sudah berumur lima belas tahun ke atas dan sudah duduk di sekolah jenjang menengah atas.
Dalil yang menunjukkan tahapan ini adalah firman Allah :
وَإِذَا بَلَغَ ٱلۡأَطۡفَٰلُ مِنكُمُ ٱلۡحُلُمَ فَلۡيَسۡتَٔۡذِنُواْ كَمَا ٱسۡتَٔۡذَنَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۚ
Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. (an nuur : 59)
Pembagian tahapan ini juga diisyaratkan oleh sabda nabi saw, “Ajarkanlah salat pada anak usia tujuh tahun, dan pukulah dengan pukulan yang mendidik tidak menyakiti saat usia sepuluh tahun jika meninggalkan salat” (diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah 2/102)
Anak usia kurang dari tujuh tahun adalah usia anak sebelum tamyiiz, dan lebih dari tujuh tahun adalah usia tamyiiz oleh karena itu usia kurang tujuh tahun belum ditekankah materi salat, karena mereka belum mampu mencerna apa itu salat.
Perlu digarisbawahi, bahwa tahapan pendidikan anak itu saling berketerkaitan antara satu dengan yang lain. Sehingga untuk membedakan dan memberi garis pemisah antara satu tahapan dengan yang lain tidaklah mudah. Adapun contoh umur di atas adalah contoh umur secara global untuk memberikan gambaran umum saja, adapun praktiknya antara anak satu dengan yang lain terkadang kedewasaan dan usia tamyiz berbeda-beda. Masing-masing tahapan juga memiliki karakter dan kelebihan yang berbeda-beda, tentunya juga membutuhkan metode dan cara pendidikan yang berbeda dan sesuai tahapannya.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk melakukan hal-hal yang Allah ridhoi dan cintai.
Ditulis oleh : Agus Susehno, LC